Belakangan ini marak terjadi konflik antar penumpang saat harus berdesak-desakan di trasnportasi umum, khususnya pada jam sibuk.
Menanggapi hal ini, psikolog Liza Marielly Djaprie menilai bahwa permasalahan terbatasnya alat transportasi umum tak dapat serta merta dijadikan alasan pemantik konflik semacam ini.
"Permasalahannya kalau kita ke luar negeri, yang paling dekat Singapura misalnya, pada jam sibuk pun itu desak-desakaan kalo di MRT, tapi attitude mereka kan juga tidak ada yang sampe begitu toh.
Terus dengan kesadaran pribadi kalau ada ibu hamil atau orang tua akan diberi tempat duduk," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (18/5/2017).
Menurutnya, proses yang salah dalam pelepasan emosi seseoranglah yang menyebabkan terjadinya konflik ini.
"Jadi bisa jadi karena tekanan hidup yang berat sehingga masalah menumpuk, mereka itu seakan-akan tanpa sadar melakukan katarsis.
Katarsis ini adalah proses pelepasan emosi," tuturnya.
Ia melanjutkan, katarsis ini bisa dilakukan dalam bentuk positif dan negatif. Untuk katarsis positif memang memerlukan kesadaran penuh dari seseorang untuk melakukan terapi-terapi yang membuat emosinya terkendali.
"Kalau yang negatif itu ya seperti yang di angkutan umum itu. Mereka tidak menyadari jika yang dilakukannya itu tidak benar dan hanya bentuk pelampiasan saja," ucapnya.
Liza menambahkan, di tengah kehidupan Jakarta yang penuh tekanan ini, sudah selayaknya setiap orang peka terhadap kondisi jiwanya masing-masing sehingga tidak terjadi ledakan-ledakan emosi yang tidak diperlukan.
"Kalau pemerintah bisa menyediakan transportasi umum yang lebih banyak, nyaman dengan jadwal yang terarur mungkin kondisinya akan lebih baik. Tapi tetap saja, semua itu tergantung bagaimana pengendalian diri seseorang," tambahnya.
Sebelumnya, beredar video yang kemudian viral di media sosial yang menunjukkan dua perempuan di dalam KRL yang saling jambak dan berusaha dilerai oleh penumpang lainnya.
Perkelahian itu merupakan buntut dari perebutan tempat duduk di dalam kereta khusus wanita.
Insiden di kereta khsus wanita itu terjadi petang hari, di kereta arah Bekasi dari Jakarta Kota yang penuh sesak. Petugas keamanan yang biasa disiagakan saat itu tengah berada di gerbong lain. Keduanya saling menjambak rambut dan berhasil dilerai setelah sejumlah penumpang memegangi tangan mereka masing-masing.